|
Para pengungsi Rohingya, sebagian adalah anak perempuan, yang memasuki
Banglades untuk menghindari kekerasan di Rakhine, Myanmar, Senin
(21/11/2016) |
liputanberita5.blogspot.com - inilah mayoritas rohingya di perkirakan dari 50 persen perempuan Rohingya yang
mengungsi dari kekerasan di negara Myanmar menikahi perempuan di bawah umur,
Para perempuan pengungsi itu juga menjadi korban kekerasan rumah tangga.
Sejak kekerasan marak di negara Myanmar barat, tahun
2012, sekitar 168.000 warga etnis minoritas Rohingya termasuk anak
perempuan melarikan diri ke negara tetangga Bangladses maupun
negara-negara Asia lainnya.
Survei yang dilakukan badan pengungsiUNHCR, PBB, menemukan 90 persen
menikah di bawah usia 18 tahun dengan rata-rata melahirkan anak pertama
pada usia 18 tahun.
Selain itu satu dari tiga perempuan mengalami kekerasan rumah tangga.
"Kami umumnya memberi pengarahan kepada mereka tentang pilihan-pilihan
yang ada,” kata juru bicara UNHCR Asia, Vivian Tan, kepada
Reuters.
“Dan jika setuju, akan dirujuk ke mitra kami atau ke pusat penampungan bagi kaum perempuan yang rentan," Tan menambahkan.
Laporan UNHCR 2016 tentang Pergerakan Campuran di Asia Tenggara
didasarkan pada survei tahun 2016 atas 85 pengungsi perempuan dewasa dan
anak perempuan Rohingya di Indonesia, Malaysia, dan India.
Dari total yang disurvei, hanya 7 persen yang memiliki pendapatan sendiri walau sekitar dua pertiga ingin punya pendapatan.
Diperkirakan terdapat 8.000 perempuan berusia 14 hingga 34 tahun di ketiga negara tempat survei.
Para pegiat khawatir terjadi peningkatan para pengungsi perempuan
-dewasa maupun anak – yang rentan atas penyelundupan manusia,
eksploitasi seksual, maupun pernikahan di bawah umur.
Nasib warga Muslim Rohingya menjadi keprihatinan internasional dalam
beberapa bulan belakangan karena aparat keamanan Myanmar dituduh
melakukan pembunuhan massal dan pemerkosaan dalam upaya menghadapi
kelompok militan Rohingya.
Dunia internasional mengecam pemerintah Myanmar yang dianggap
menjatuhkan hukuman secara merata dan bukan hanya pada kelompok yang
diduga menyerang beberapa pos polisi pada akhir tahun lalu. Militer
Myanmar membantah tuduhan tersebut.
di negara myanmar itu juga Warga Muslim Rohingya tidak diakui sebagai warga negara nya, yang mayoritas penduduknya beragama Buddha